Kominfo Berharap Legislasi DPR Mendukung Transformasi Digital


 


JAKARTA - Indonesia harus terus-menerus tingkatkan kualitas sdm (SDM) di masa industri digital yang semakin berubah cepat. Karena populasi besar serta bonus demografi adalah keunggulan Indonesia yang dapat jadi modal serta kesempatan besar di masa digital.

Mngobati Ayam Yang Terluka Parah

Dirjen Pelaksana Pos serta Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi serta Informatika (Kominfo), Ahmad M Ramli menjelaskan populasi yang lebih dari 268,5 juta jadikan Indonesia untuk negara dengan jumlah masyarakat paling banyak ke-4 di dunia sesudah China, India, serta Amerika Serikat. Menurutnya, besarnya populasi malah jadi kesempatan besar buat tumbuhnya industri digital.


"Dahulu banyak yang berasumsi jika populasi besar itu jadi beban besar buat negara. Tapi faktanya saat masuk transformasi digital, populasi yang besar sekali malah jadi kemampuan yang besar sebab jadi pasar yang besar sekali," kata Ramli dalam seminar daring, Jumat (4/9/2020).


Contohnya, transportasi daring seperti Gojek serta Grab. Menurutnya, ke-2 usaha itu tidak tumbuh secara baik di negara dengan populasinya kecil. Serta sebaliknya, jadi besar, hebat serta efisien saat di ada di populasi besar seperti di Indonesia.


Dia juga memperbandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Brunei Darusallam dengan jumlah populasi seputar 500 ribu masyarakat. Menurut dia, transportasi daring tidak menarik sebab populasinya sedikit. Di Singapura memang cukup berubah sebab terbantu banyak lawatan wisatawan. Tetapi jika dari jumlah penduduknya cuma 5 juta.


Ramli memberikan tambahan, populasi besar jadi keunggulan serta kesempatan besar buat usaha daring seumpama marketplace yang dalam sekian tahun berubah jadi perusahaan e-commerce yang besar sekali.


Keunggulan populasi itu akan jadi kesempatan besar pada perkembangan industri telekomunikasi. Karena, industri itu menyambungkan populasi yang besar sekali. Ditambah lagi sekarang ini, jumlah penetratif internet di Indonesia seputar 175 juta pemakai. "Ini bisa menjadi kebun perkembangan yang mengagumkan untuk ekonomi digital kita," paparnya.


Menariknya lagi, lanjut Ramli, angka dependency ratio pada 2030 kelak capai titik paling rendah dengan prosentase 46,9 %. Berarti, barisan umur produktif akan capai 2 kali lipat dari angka tidak produkif sebab telah pensiun, tua, serta benar-benar muda.


"Berikut bonus demografi yang kita alami. Banyak masyarakat umur produktif, banyak tenaga kerja. Disamping itu, bertambahnya penumpukan asset yang dibuat oleh masyarakat umur kerja. Akan punya pengaruh positif pada perkembangan ekonomi jika penumpukan asset diinvestasikan pada kesibukan produktif, bukan konsumtif," tegasnya.


Lihat kesempatan itu, Ramli mengharap legislasi yang akan datang harus memberikan dukungan optimalisasi bonus demografi untuk kekuatan ekonomi berbasiskan invensi serta pengembangan. "Kami percaya DPR dapat membuahkan legislasi yang memperkuat perubahan digital," harapannya.

Postingan populer dari blog ini

3D PRINTING METHOD TURNS GOO INTO A

Argentina Lawful consuming alcohol grow older: 18

considering the suspension of aid